World ID: Inovasi Digital yang Mengundang Kontroversi Global dan Lokal

World ID: Inovasi Digital yang Mengundang Kontroversi Global dan Lokal
World ID

World ID, proyek identitas digital berbasis biometrik yang dikembangkan oleh Tools for Humanity—perusahaan yang didirikan oleh CEO OpenAI, Sam Altman—baru-baru ini menjadi sorotan global. Dengan tujuan untuk membedakan manusia dari bot di era kecerdasan buatan, World ID menggunakan pemindaian iris mata melalui perangkat berbentuk bola yang disebut “Orb”. Namun, pendekatan ini telah memicu berbagai kontroversi, terutama terkait privasi dan regulasi, termasuk di Indonesia.

Apa Itu World ID?

World ID adalah sistem identitas digital yang memungkinkan individu membuktikan bahwa mereka adalah manusia unik tanpa mengungkapkan informasi pribadi. Proses verifikasi dilakukan melalui pemindaian iris mata menggunakan perangkat “Orb”, yang kemudian menghasilkan ID digital yang disimpan di aplikasi World App. Sebagai insentif, pengguna menerima token kripto Worldcoin (WLD) setelah menyelesaikan proses verifikasi.

Ekspansi Global dan Kemitraan Strategis

Setelah peluncuran awal di berbagai negara, World ID memperluas jangkauannya ke Amerika Serikat pada Mei 2025, dengan membuka toko fisik di enam kota besar, termasuk San Francisco dan Miami. Proyek ini juga menjalin kemitraan dengan perusahaan besar seperti Visa, Stripe, dan Match Group (pemilik Tinder) untuk memperluas penggunaan ID digital dalam berbagai layanan online. Selain itu, World ID telah diadopsi dalam sektor esports di Meksiko melalui kerja sama dengan FENAVIDE, guna memastikan keaslian peserta dalam kompetisi digital.

Kontroversi dan Penangguhan di Indonesia

Di Indonesia, World ID menghadapi tantangan serius. Pada awal Mei 2025, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menangguhkan izin operasional Worldcoin dan World ID setelah menerima laporan publik mengenai aktivitas mencurigakan. Investigasi awal mengungkap bahwa PT Terang Bulan Abadi, operator lokal Worldcoin, tidak terdaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) dan menggunakan sertifikat milik perusahaan lain, PT Sandina Abadi Nusantara, untuk menjalankan layanannya. Komdigi berencana memanggil kedua perusahaan tersebut untuk memberikan klarifikasi lebih lanjut.

Kekhawatiran Privasi dan Regulasi Global

World ID tidak hanya menghadapi masalah di Indonesia. Beberapa negara, termasuk Kenya, Spanyol, Prancis, dan Korea Selatan, telah menangguhkan atau menyelidiki proyek ini karena kekhawatiran terhadap privasi dan pengumpulan data biometrik. Meskipun Tools for Humanity mengklaim bahwa data biometrik dienkripsi dan tidak disimpan, banyak pihak menyoroti potensi penyalahgunaan data sensitif seperti pemindaian iris mata.

Masa Depan World ID: Antara Inovasi dan Etika

World ID menawarkan solusi inovatif untuk tantangan identitas digital di era AI, namun juga menimbulkan pertanyaan etis dan hukum yang kompleks. Di satu sisi, sistem ini dapat membantu memverifikasi identitas manusia secara anonim dan aman. Di sisi lain, pendekatan berbasis biometrik memerlukan transparansi, persetujuan yang jelas, dan kepatuhan terhadap regulasi privasi yang ketat. 

Kesimpulan

World ID mencerminkan dilema antara kemajuan teknologi dan perlindungan hak individu. Sementara proyek ini berpotensi merevolusi verifikasi identitas digital, keberhasilannya sangat bergantung pada kemampuan untuk menyeimbangkan inovasi dengan tanggung jawab etis dan kepatuhan hukum. Kasus di Indonesia menjadi pengingat bahwa adopsi teknologi baru harus disertai dengan pengawasan yang ketat dan dialog terbuka antara pengembang, regulator, dan masyarakat.

Read more